The Bawean Island

Komunitas Orang Boyan

Efek Pilkades Langsung Bawean

bwn4.jpgDampak negatif Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Langsung terjadi di beberapa desa di pulau Bawean. Salah satunya adalah terjadinya friksi-friksi di kalangan tokoh masyarakat.

Salah satu sebab dari perpecahan ini dikarenakan, salah satunya, belum adanya kedewasaan dan kesadaran politik yang mapan di kalangan tokoh masyarakat, sehingga mereka mudah terpecah belah dan saling bermusuhan.

Kalau ini tidak segera ditanggapi dengan serius, ini bisa menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat mendatang. Bisa jadi, konflik yang sekarang terjadi di beberapa desa akan mengarah pada kekerasan.

Meski kemungkinan terburuk bisa terjadi, namun saya masih yakin dan berhadap ke depan masyarakat Bawean akan semakin arif dalam menganggapi politik yang semakin terbuka, karena masyarakat Bawean tidak mempunyai karater barbar seperti terjadi di berbagai daerah di penjuru tanah air ini.

Ironisnya, konflik-konflik yang terjadi di Bawean digerakkan dan didorong oleh tokoh-tokoh berpengaruh seperti kyai. Hal ini menjadi ironis karena kyai menenpati posisi teratas dalam starata masyarakat Bawean.

Jika para kyai masih terus ikut dalam arus dukung mendukung dalam politik, posisi kyai di masa depan akan menjadi taruhan. Karena dengan ikut pada arena yang penuh intrik ini, posisi kyai tidak akan lagi dihargai. Dampak yang lebih luas, dengan munculnya “para preman” yang memimpin sebagai kepala desa, konfigurasi kultural masyarakat Bawean akan bergeser. Kalau dulu kyai sangat berpengaruh, bisa jadi pada masa mendatang preman akan menjadi tokoh terdepan yang akan mengendalikan Bawean.

Terjunnya para kyai ke arena politik sebenarnya sah-sah saja. Namun jika tidak disertai dengan kesadaran politik yang mapan akan menjadi riskan. Bisa jadi akan berbahaya terhadap kedudukannya sebagai tokoh yang dihormati masyarakat.

Januari 6, 2008 - Posted by | pemerintahan, Uncategorized |

12 Komentar »

  1. Saya anak orang bawean yang dah 30 tahun tidak pulang. bole ntar gambar bawean kepada saya

    pro Asmawi:
    salam kenal, sy sekarang tinggal di jakarta, so sy nggak bisa ngasih sekarang. kpn2 insya4jj1 aku kirim. ato klo pingin sekarang coba disearch di http://www.wikepedia.com/bawean, di situ banyak gambar2 bawean atau http://www.bawean.info

    Komentar oleh Asmawi | Januari 9, 2008

  2. Pilih ler orang yang boleh membangunkan bangsa…. buang korupsi……………

    pro Asmawi:
    ok bung, merdeka!!!

    Komentar oleh Asmawi | Januari 9, 2008

  3. saya pernah menulis artikel dengan judul “Memudarnya Kharisma Kiai” di Jawa Pos. intinya ialah meresahkan keterlibatan kiai dalam politik dengan ‘modal yang pas-pasan’. Mereka ikut nimbrung ke kancah politik hanya modal massa saja dengan basic pengetahuan yang minim. Kerna itu, seringkali posisi mereka dimanfaatkan orang. ya, kayak artis yang masuk parpol. mereka hanya menguntungkan dari sisi suara saja. Namun, soal pengabdia, wallhu a’lam..

    Seorang kiai mempunyai tanggung jawab moral umat. Mereka merupakan benteng terakhir dalam sebuah struktur sosial yang diharapkan kontribusinya dalam pembangunan insan yang berkualitas. ya, minimal masalah moral ini. Karena, masyarakat kita sangat rapuh dalam msalah ini.

    Andai pemain sepak bola, maka mereka adalh penjaga gawang…

    pro hasan:
    saya sepenuhnya sepakat apa yang dikatakan Hasan. Memang demikian adanya para kyai di Bawean. Kebanyakan mereka hanya tahu ngaji kitab. So, dibohongi orangpun mereka tidak tahu. Saya merasa prihatin atas persoalan ini karena banyak kyai yang sudah tidak lagi dihargai oleh masyarakatnya karena hal dukung-mendukung, padahal posisi kyai sangat mulia, seperti kata hasan, yang mengemban tanggungjawab moral.

    Komentar oleh hasam | Januari 14, 2008

  4. KOK KYAI DIRASANI, TIDAK TAKUT KUWALAT YACH (basit)

    pro Basit:
    itu bukan ngerasani bos, itu namanya sikap kritis. sikap saya ini merupakan kepedulian saya terhadap para kyai, sayang jika mereka terpinggirkan padahal peran mereka sangat besar di masyarakat.

    Komentar oleh BASIT | Januari 16, 2008

  5. sangat wajar ketika para kyai tampil di pentas politik, karena hingga saat ini kyai pemegang basis massa yang riil di masyarakat. Partai politik hingga saat ini tidak punya konstituen yang kongkrit. Kelompok agama hingga saat ini tetap tampil sebagai kekuatan komunal yang paling solid. kondisi ini dimanfaatkan oleh parpol untuk merebut basis massa riil kelompok agama dan menjadikan kyai dan fatwanya untuk merebut suara. ketika di Bawean tidak tampil kelompok muda yang intelek, punya keberpihakan kepada rakyat, maka kyai di bawean akan tetap menguasai pentas politik. padahal keterlibatan mereka tak lebih hanya sebagai kendaraan politik bagi partai politik. So,…mari bergerak lawan kebijakan yang anti rakyat !!!! salam untuk semua saudara-saudara ku dari pulau Bawean. Keep easy…!!!

    Pro SyaSya
    saya setuju seratus persen komentar syaya. Bahwa kyai berpolitik itu sah-sah saja, tanpa mengurangi kapasitasnya sebagai engayom masyarakat. Tapi yang saya sesalkan kyai seringkali menjadi kendaraan politik. hal ini berangkali disebabakan, salah satunya, budaya politik kyai yang belum mapan.

    Komentar oleh syaSya | Januari 22, 2008

  6. sekarang sudah zamannya kyai berpolitik praktis, jangan salahkan kyainya. salahkan dirimu sendiri yang sering berfikiran picik pada kyai. kyai berpoltik, semuanya akan bisa tergapai dan akan lebih muda menyalurkan segala aspirasi yang dimiliki kyai. bila tidak terima kyai berpolyik, silahkan juga berpolitik. bisa ngak?

    Komentar oleh basit | Januari 24, 2008

  7. for all:

    tulisan yang berlabel “Dampak negatif Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Langsung terjadi di beberapa desa di pulau Bawean. Salah satunya adalah terjadinya friksi-friksi di kalangan tokoh masyarakat” di atas, sepertinya bukan hasil investigasi yang “mantap”. terlalu kekanak-kanakan. melihat dan membaca persoalan tidak bisa kasat mata bung! sebab tulisan anda hanya kumpulan kalimat statement saja.

    sebelum statement anda dikeluarkan untuk publik, mohon dianalisis dengan matang. lengkapi dengan data akurat. kalupun beropini, jelaskan dengan reasons yang matang, logic bung!

    gw orang yang sepakat dengan cara-cara nan kritis. tapi kritis bukan untuk menghindari. atau memperkeruh keadaan. Bahkan bukan untuk mengorbankan proses-proses demokrasi yang sedang berkembang.

    kritik, berharap selalu menuju pada perbaikan. maka anda harus lebih bijak memandang persoalan, jika ingin membangun ke arah yang lebih baik.

    anda bilang “masyarakat Bawean bukan bar-bar” dan seolah negeri lain di penjuru nusantara ini adalah bar-bar, coba koreksi lagi bung!

    dan, sadarkah anda? bahwa tulisan anda sendiri sudah mulai bar-bar bukan?

    thanks
    boyan’s blood in the sunday morning.

    Pro the boyan’s blood
    *Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas komentarnya.
    *Tulisan ini adalah opini pribadi. Sebagai opini pribadi tentu tulisan ini murni pendapat saya dalam memandang persoalan di atas sesuai dengan apa yang saya saksiskan di pulau Bawean. Dan itu akan menjadi tanggungjawab saya. Bahwa ada yang menganggap tulisan itu bukanlah hasil investigasi yang mantap itu sah-sah saja. Jika ada kekurangan dalam tulisan ini saya dengan senang hati menerima masukan. Tetapi tolong jangan hanya bisa menyalahkan tetapi juga memberi masukan, tentu dengan pandangan yang rasional.
    *Seperti yang saya tulis di atas, menurut saya bahwa beberapa konflik yang terjadi di beberapa daerah di bawean paca-pilkades disebaban, salah satunya, tidak adanya kedewasaan dan kebudayaan politik yang mapan. Jika tidak setuju dengan pendapat ini tolong ditanggapi dengan tulisan.
    *Saya tidak bermaksu bahwa seluruh nusantara ini punyai budaya barbar, tetapi saya menilai bahwa ada bebrapa daerah di negeri ini masih berperilaku barbar, lihatlah banyak kekerasan-kekerasan yang sangat mengerikan berbagai daerah. tetapi yang pasti saya mohon maaf jika ada kata yang salah atau dluar dari maksud saya.

    Komentar oleh the boyan's blood | Februari 7, 2008

  8. for Amen:

    tak usah minta maaf bung! anda beropini dan gw tanggapin….anda memahami semua sah-sah saja, bukan? maka jangan tunjukkan kelemahan atau kekuatan anda hanya karena kata “maaf”.

    jika anda sekarang, melihat “tidak adanya kedewasaan dan kemapanan berpolitik”, emang sejak kapan negeri Boyan cerdas dengan politik. adakah Boyan pernah mapan dengan politiknya?hmm, kecuali berpolitik menguasai tanah melayu dan singapura, kali…..!nah, tugas anda dan kita semua membangun itu bukan?bagaimana mendidik warga dengan kedewasaan berpolitik yang anda maksudkan tadi (dengan pendidikan politik).

    “warga berpolitik dan/melek politik” jangan dimaknai seolah semua harus dekat dengan kekuasaan, walau hanya tingkatan kepdes. berpolitik tentu tak bisa diintegrasikan dengan makna berpartai politik, bukan?lalu, bagaimana politik warga untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan atas hak-haknya sebagai warga negara?sebut saja misalnya; pendidikan yang layak, kesehatan yang memadai dan juga listrik untuk semua. apalagi kita bicara lapangan pekerjaan? atau mungkin, kesamaan di depan hukum?
    ***
    ya, melek politik itu penting dan sangat urgen. sehingga warga Boyan mampu berkiprah, peka terhadap semua kondisi nantinya. nah, bicara mengenai masyarakat Boyan, gw pikir sangat kompleks. kita harus menemukan formula yang strategis untuk mengawal perubahan ke arah yang lebih baik. formula itu hanya bisa kita temukan, jika didasari pada analisis sosial yang kuat dan matang.

    satu kesadaran sudah anda munculkan, bahwa diperlukan pendidikan politik di sana. pertanyaan gw, apa yang akan anda lakukan untuk membangun kedewasaan politik tersebut sekarang?blog anda hanya satu diantara banyak cara, dan bukankah hanya segelintir orang saja yang belajar dari sini? ada yang lebih massif dan atau “memasyarakat” yang harus kita lakukan sehingga dapat betul-betul menyentuh relung hati perubahan di sana.

    terakhir, jika boleh bertanya, perubahan ke arah yang lebih baik seperti apa yang anda bayangkan?? (just 4 discus)

    thanks
    Boyan’s blood on the sunday morning

    Komentar oleh Boyan's blood on the sunday morning | Februari 9, 2008

  9. to : Basit…saya pikir Mas Amen membuka ruang diskusi ini untuk mendiskripsikan realitas sosial dan prilaku politik masyarakat Bawean. ini bukan ruang untuk menuduh dan menjustifikasi kan? ya…karena peran intelektual muda bawean hingga saat ini belum tampil ke pentas. Mohon yang rasional juga dalam menganalisa setiap kondisi sosial. Buat Mas Amen…tetap progresif untuk mengontrol setiap perubahan sosial masyarakat Bawean.

    Komentar oleh yana or syaSya | Februari 13, 2008

  10. kalau mengklaim kyai sebagai pembuat konflik saya kira keterlaluan, saya pikir kyai d bawean merupakan korban dari pilkades, dan kyai terjebak d dalamnya sehingga asumsi masyarakat kyailah yang menyebabkan konflik

    Komentar oleh zaini | Mei 28, 2008

  11. Sebeneranya hal yang lumrah ketika demokrasi menuntut partisipasi aktif dari masyarakat akan mengakibatkan efek yang negatif akibat gesekan-gesekan antar warga. kita harus menilai dari nilai positifnya saja. kalaupun ada pertentangan maupun perbedaan maka yang perlu dilihat adalah bagaimana mengelola konflik yang ada agar tidak anarkhis.
    persoalan campur tangan kyai dalam proses politik pilkades adl wajar mengingat mereka juga memiliki kepentingan baik yang sifatnya pribadi maupun kepentingan kelompoknya.
    nah, sekarang pilihannya kyai itu akan menempatkan diri sbg umaroh saja atau juga terjun dalam politik praktis. oleh karena itu masyarakat Bawean dituntut untuk menjadi pemilih cerdas. bagaimana caranya? saya pikir banyak sarana dana wadah-wadah di bawean yang bisa memfasilitasi itu.
    Terima kasih
    salam
    okta Fahmi
    FISIP Univ. Jenderal Soedirman Purwokerto
    Jawa Tengah

    Komentar oleh Oktafiani CP | Juli 27, 2010

  12. bawean oke,tapi jgn smpe politik dan kekuasaan menurunkan martabat para kyai…..?

    Komentar oleh edy | Januari 27, 2011


Tinggalkan komentar